Tidak seperti mamalia air lain
yakni lumba-lumba dan ikan paus yang hidup di laut, pesut mahakam hidup di
sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa langka yang dilindungi
undang-undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai
Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady. Di Indonesia sendiri, populasi pesut mahakam hanya 50-70 ekor. Karena pesut ini hanya hidup di
Sungai Mahakam.
Pesut ini ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan,
tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut
ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan Kota
Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan
dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan Danau
Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau
Melintang (11.000 ha).
Pesut mahakam dewasa memiliki
panjang tubuh hingga 2,5 meter dengan berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut
berwarna abu-abu atau kelabu sampai biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih
pucat. Bentuk badannya hampir oval dengan sirip punggung mengecil dan agak ke
belakang dan mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan
kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang
berlumpur). Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan
punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar
membundar. Pesut bernapas dengan paru-paru. Jadi,
ia mengambil udara di permukaan air. Binatang ini dapat juga menyemburkan air
dari mulutnya.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil.
Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam
air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan
menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk
melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Banyak kabar mengenai pesut mahakam
yang hampir punah terus muncul di media-media. Walaupun pemerintah Kalimantan
Timur seniri telah menjadikan binatang asli Sungai Mahakam ini sebagai lambang
provinsi, namun tidak menyelesaikan masalah.
Populasi hewan mamalia ini terus
menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas
perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkater dan pendangkalan sungai
akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga
diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan,
karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Organisasi
Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memberi status mamalia air tawar ini
critically endangered.
Posting Komentar